Selasa, 06 Januari 2015

Produktivitas dan Kinerja dalam Pabrik Gula



Menurut Sedarmayanti (2009), produktivitas memiliki dua dimensi yakni efektivitas dan efisiensi. Dimensi pertama berkaitan dengan pencapaian untuk kinerja yang maksimal, yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi hasil atau produksi proses. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diartikan bahwa untuk mengukur suatu produktivitas diperlukan dua dimensi yaitu efektivitas dan dimensi efisiensi, yang keduanya saling berkaitan satu sama lain dalam pencapaian target.
Di pabrik gula angka produktifitas suatu kegiatan giling lebih umum menggunakan istilah efektifitas giling dan efisiensi proses giling atau overal recovery.

Selasa, 30 Desember 2014

Road Map Swasembada Gula

... sebuah wacana diskusi...


Pengertian umum swasembada untuk suatu produk disuatu negara akan tercapai apabila secara netto jumlah produk dalam negeri minimal mencapai 90% dari jumlah konsumsi domestiknya, baik untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, industri maupun neraca perdagangan gula nasional. Dengan pengertian tersebut yang dimaksud swasembada gula adalah produksi gula berbasis tebu dalam negeri telah mencapai 90% dari kebutuhan nasional.

Minggu, 28 Desember 2014

Brazil's sucro-energy Industry Transformation


Pada tahun 2003, industri energi berbasis tebu (sucro energi) di Brasil tetap melanjutkan siklus pertumbuhan, yang berlangsung sampai tahun 2011. Sebanyak 117 unit pabrik baru telah dipasang, dan saat ini total ada 441 unit pabrik beroperasi. Total tebu diolah meningkat dari 320 juta ton (2002/2003) menjadi 620 juta ton (2010/2011). Dengan menganalisis pabrik baru tersebut, kita dapat melihat sebuah evolusi menakjubkan dari sejak unit pertama yang dibangun sehingga mencapai tahapan tehnologi yang dicapai baru-baru ini.
 


Kongres IKAGI di Yogyakarta, Siap AFTA 2015



Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI) menggelar konggres nasional di Yogyakarta, 17 April 2014 selama satu hari.
"Menuju Industri Berbasis Tebu Dalam Menghadapi AFTA 2015"


AFTA akan dihadapi seluruh pelaku industri pada tahun 2015, tidak terkecuali industri gula. Tantangan bisnis yang harus dihadapi tentu saja akan semakin banyak. Langkah yang diambil oleh industri gula untuk melakukan strategi bisnis dalam menghadapi AFTA 2015 sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi negara dan kebijakan pemerintah terkait AFTA. Dengan arah kebijakan pemerintah yang jelas terkait AFTA, maka industri gula dapat menentukan hal-hal pengembangan bisnis guna meningkatkan mutu produk dan daya saing industri gula.
 

Minggu, 25 Agustus 2013

Indonesia dalam Potret Gula Dunia


Perjalanan panjang gula, khususnya gula tebu (sugar cane), Saccharum Oficinarum (Latin), "sukar" (Arab) atau "sarkara" (Sanskrit), telah melahirkan wajah dunia baru. Berasal dari Pacific, kemudian menyebar dan Perang Salib membawa tebu hingga Eropa, serta Columbus membawa tebu ke "Dunia Baru" benua Amerika.

Perkembangan perkebunan tebu dan industri pergulaan modern berlatar belakang sistem intsitusi perbudakan. Clarence Flenderson menyebutkan bahwa sekitar 12 juta budak dari Afrika Barat telah dibawa ke kepulauan Karibea dalam kurun 450 tahun, yaitu antara tahun 1450 dan 1900. Ia menulis, "sejarah produksi gula berkaitan erat dengan evolusi yang merefleksikan dua hal ketidakmanusiawian manusia terhadap manusia yaitu kolonialisme dan perbudakan".

Lokomotif dan lori, sejarahmu kini

Locomotif PG Madukismo Jogja 2008