Pengertian umum swasembada untuk suatu produk disuatu negara
akan tercapai apabila secara netto jumlah produk dalam negeri minimal mencapai
90% dari jumlah konsumsi domestiknya, baik untuk memenuhi konsumsi rumah
tangga, industri maupun neraca perdagangan gula nasional. Dengan pengertian tersebut yang dimaksud swasembada gula
adalah produksi gula berbasis tebu dalam negeri telah mencapai 90% dari
kebutuhan nasional.
Dalam sistim pergulaan nasional kebutuhan gula dibagi 2
yaitu untuk konsumsi langsung (rumah tangga) dengan kwalitas gula kristal putih
(GKP) dan kebutuhan tidak langsung untuk industri makanan, minuman dan farmasi
dengan kwalitas gula kristal rafinasi (GKR).
Tujuan Swasembada Gula Nasional
- Memenuhi kebutuhan gula nasional secara keseluruhan, baik untuk konsumsi langsung maupun industri;
- Mendayagunakan sumberdaya/aset secara optimal berdasarkan prinsip keunggulan kompetitif wilayah dan efisiensi secara nasional;
- Meningkatkan kesejahteraan petani/ produsen dan stakeholder lainnya;
- Memperluas kesempatan kerja dan peluang berusaha dikawasan pedesaan, sehingga secara nyata berdampak positif terhadap pemberantasan kemiskinan.
Strategi terbagi dalam 2 dimensi yang dapat berjalan paralel
untuk mempercepat tercapainya swasembada, yakni :
- Dimensi revitalisasi terhadap Pabrik-pabrik Gula yang ada, melalui peningkatan teknologi dengan fokus pada 2 sasaran utama, yaitu peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan efisiensi energi. Target yang diharapkan adalah kapasitas produksi mencapai 3,5 juta Ton GKP.
- Dimensi pembangunan Pabrik Gula baru beserta pembukaan lahan areal bahan baku tebu seluas 300.000 Ha (Alokasi lahan HPK, Hutan Produksi di Konversi). Target yang diharapkan adalah 2,5 juta Ton GKP dengan kualitas ICUMSA < 80, dengan produk diversifikasi berupa ethanol (bioethanol), energi listrik melalui sistem pembangkit turbin co-generation.
Visi :
- Jangka pendek (arah ke dalam) adalah swasembada gula nasional dengan waktu program 5 tahun.
- Jangka panjang (arah ke luar) adalah kemampuan daya saing dan ekspor dengan kualitas standar internasional dengan waktu program tahun ke 6 sampai ke 8.
Pola pembangunan Pabrik Gula baru beserta estate-nya dapat
menggunakan 2 model pendekatan, yaitu
- Model Brazil
- Model India
Model Brazil
- Skala Besar (Luas maupun kapasitas Pabrik Gula)
- Perusahaan besar dan petani dilibatkan
- Infrastruktur
- Mekanisasi
- Menghasilkan produk utama Raw Sugar
- Produk derivatif : gula, ragi, ethanol dan listrik
Aspek Positif
- Menempatkan Brazil dalam posisi produsen terbesar dunia yaitu lebih dari 40 juta ton pada tahun 2012
- Pionir penggunaan Bioethanol sebagai BBN, sejak tahun 1970 an.
Aspek Negatif
- Industri gula dikuasai beberapa perusahaan raksasa
Model India
- Sebagian besar diusahakan rakyat dengan dukungan dari pemerintah dan dunia usaha
- Dukungan Iptek dan penelitian yang berkesinambungan
- Penerapan teknologi baru di kebun dan pabrik termasuk benih unggul dan penerapan IT
- Komitmen yang kuat dari pemerintan
Aspek Positif
- India melonjak menjadi produsen nomor 2 sedunia pada tahu 2007
Aspek Negatif
- Sensitif terhadap harga, yakni pengaturan harga oleh pemerintah pusat dan negara bagian
- Kebijakan yang kurang sesuai dan perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap produktifitas secara nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar